SEMU
Mengapa (harus) ada nyata, jika
maya saja sudah berakhir bahagia?
Hidup
terkadang menjadi sebuah lagu yang mengalun begitu saja. Tanpa pernah tahu
siapa yang akan menyanyikan, mendengarkan, dan memberi penghargaan. Karena yang
terpenting adalah bagaimana lagu menghibur setiap orang, tanpa pernah berharap
menjadi tenar.
Ini
sudah hari ke tujuh aku mengaguminya dalam diam. Dia. Seseorang yang entah
darimana datangnya –mungkin sengaja dikirimkan Tuhan agar waktu mempertemukan
dua insan. Aku mengenalnya karena dia mengagumi tulisanku. Aku mengaguminya
karena...ah entahlah. Sulit di jelaskan. Padahal, kami belum pernah sekali
bertemu.
Jika belum pernah bertemu, mengapa hati kami
sudah saling mengagumi?
Aku
juga heran kapan terakhir kali aku merasakan seperti ini. Menunggu balasan
seseorang yang –bahkan– tidak ku ketahui wajahnya, sifatnya, dan kehidupannya.
Mungkin ini dampak sosial media. Ketika seseorang dengan orang lainnya begitu
cepat menyimpulkan perasaan. Ketika seseorang begitu cepat mengartikan sapaan.
Ketika seseorang begitu cepat jatuh cinta.
Tapi, aku bahagia.
Jika
Tuhan menginginkan aku dan dia terus seperti ini, tidak apa-apa. Setidaknya
sekarang aku punya seseorang yang dapat menjadi matahari bagi
tulisan-tulisanku. Setidaknya aku tidak berhenti menulis. Setidaknya, aku
merasakan jantungku berdetak lebih cepat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar